Reformasi Islam yang dimotori oleh Muhammadiyah tidaklah bermula dari ruang hampa. Gagasan KH. Ahmad Dahlan,sebagai pendiri organisasi ini, untuk melakukan reformasi keagamaan turut dipengaruhi kondisi internal lokal dan diinspirasi berbagai hal dari hasil pengamatan kondisi eksternal (global). Sementara itu, konteks situasi saat ide reformasi Islam ini muncul tidak bisa dilepaskan dari,pertama, kolonialisasi Belanda dan dominasi asing yang sedang berlangsung di Kepulauan Nusantara dan menyebabkan kemiskinan kultural. Kedua, kondisi keagamaan Islam bumiputra yang bercampur dengan mistisisme budaya lokal,sehingga menciptakan praktik takhayul dan khurafat. Ketiga,penekanan terhadap akses ekonomi dan politik bagi bumiputra. Ketiga faktor di atas tersebut bercampur juga dengan faktor-faktor eksternal yang menginspirasi pembentukan gerakan reformasi Islam, seperti ideologi puritanisme dan modernisasi atau pembaruan Islam.

Dengan demikian,kelahiran Muhammadiyah tidak hanya sebatas dipandang sebagai gerakan reformasi keagamaan, tetapi juga lembaga pembaruan sosial masyarakat. Dalam implementasinya,Muhammadiyah menunjukkan bahwa ia juga ikut memotori dan terlibat aktif dalam penyelenggaraan kegiatan sosial-ekonomi untuk bumiputra, sejak masa Hindia-Belanda hingga hari ini. Kira-kira inilah juga salah satu alasan yang menjadikan Muhammadiyah dapat terus hidup melewati zaman hingga mencapai usia lebih dari seabad, bahkan memiliki lebih dari 9.000-an lembaga pendidikan dan 2.600-an lembaga pelayanan sosial. Melalui buku ini, jelaslah bahwa pemikiran Muhammadiyah yang menyangkut pelbagai perkara-mulai dari akidah, ibadah, hingga muamalah-memang sudah ditorehkan sejak masa berdirinya Persyarikatan itu.